Sabtu, 12 Februari 2011

PERAN AYAH SANGAT MENENTUKAN MASA DEPAN ANAK

Peran Ayah sangatlah
diperlukan untuk membantu anak memahami
dirinya dan memastikan langkah yang tepat
untuk meraih masa depan gemilangnya.
Mengurus dan mendidik anak bukan semata
tanggung jawab ibu, tetapi juga harus dilakukan
oleh ayah. Carey Casey, CEO dari National Center
for Fathering, mengungkapkan

bahwa kehilangan figur seorang ayah telah
berdampak pada 27 persen remaja Amerika.
Dampak dari kehilangan figur ayah ini dapat
membuat anak rentan terpapar pada kemiskinan,
kehamilan tak diinginkan, kekerasan, hingga
tekanan depresi mendalam. Ini karena remaja
yang tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah,
akan minder dalam pergaulan, merasa terasing
dari lingkungan sekitar, dan akhirnya, mencari
jalan keluar lewat narkotika dan obat-obat
terlarang demi 'menyembuhkan rasa kehilangan'
itu.
Keberadaan ayah semakin krusial saat remaja
mulai memasuki pintu gerbang masa depannya
yang penuh tantangan, mulai dari kuliah, karir,
kehidupan berkeluarga, hingga menghadapi
masa tua kelak, tentunya butuh persiapan
matang. Peran ayah sangat diperlukan anak
untuk memahami dirinya dan memilih langkah
yang tepat untuk masa depannya.
Luangkan Waktu Berdua dengan Anak
Komunikasi yang lancar biasanya dimulai dari
sebuah kedekatan emosional. Karena itu, seorang
ayah sebaiknya mulai sering mendekatkan diri
kepada anaknya agar terjalin kedekatan emosi
dan komunikasi antara keduanya.
Dekatkanlah diri dengan anak sebagai sahabat
karib untuk melihat rute perjalanan hidupnya,
baik di sekolah, maupun kegiatannya di luar
rumah.
Hindari kebiasaan menguntit atau
menginterogasinya, melainkan gunakan
pendekatan kreatif dan ramah sehingga tak
terkesan memata-matai. Jangan juga paksakan
pendapat atau pola pikir ayah, apalagi jika
ternyata bertentangan. Justru yang terpenting
adalah memotivasi dan mendorong mereka
untuk mencapai apa yang mereka inginkan.
Menurut Ken Canfield, psikolog dari
Amerika, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan seorang ayah mengenai masa
depan anak-anaknya, yaitu:
1. Lihatlah mimpi dan keinginannya tentang karir
di masa depan
Lihatlah apakah profesi impiannya akan dapat
memenuhi kebutuhan hidup dan
membahagiakan hidupnya kelak. Selain itu,
nilailah kompetensi dan minat dirinya terhadap
suatu bidang. Kemudian, korelasikan dengan
profesi-profesi yang ada di kehidupan nyata.
Apakah karirnya kira-kira dapat maju dengan apa
yang dimilikinya sekarang?
2. Hubungan percintaan bukan sekedar
sampingan
Siapa bilang hubungan percintaan dan
berkeluarga tak butuh persiapan sejak remaja?
Perhatikan apa yang anak inginkan dari
pasangannya di masa mendatang. Kalau mereka
telah berpacaran, pantaulah komunikasi dan
hubungan yang terjalin di antara mereka.
3. Sekolah dan kuliah merupakan modal dasar
yang penting
Pendidikan dasar merupakan kunci pertama
untuk anak memasuki dunia kerja. Cobalah lihat
bagaimana kemajuannya di bidang akademik.
Apakah nilai-nilainya sudah cukup untuk
menunjang profesinya di masa depan. Juga, lihat
apakah jurusan mereka cocok dengan minat
mereka dan dapat membuat mereka mudah
mendapat pekerjaan kelak.
Bila minat mereka tidak 'komersil', cobalah untuk
mencari alternatif pekerjaan lain yang bisa
memenuhi tuntutan hidupnya, sambil tetap
menjalani idealismenya.
Jadilah Sumber Motivasi dan Bantuan
Baginya
Setelah memantau rute perjalanan sang anak, kini
saatnya ayah memberi teladan dan motivasi
untuknya. Hal ini bukan sesuatu yang sulit, tetapi
yang perlu diperhatikan adalah seberapa jauh
ayah boleh memberinya motivasi dan bantuan?
Kalau tidak hati-hati, motivasi ayah bisa terkesan
berlebihan, 'memaksa', atau membuatnya tak
tumbuh mandiri.
1. Biarkan anak memilih sendiri karirnya
Pekerjaan dan karir merupakan tanggung jawab
anak itu sendiri. Bukan hal yang mendidik bila
seorang ayah membantu anaknya mendapat
pekerjaan dengan cara KKN, alias menghubungi
kolega dekatnya sendiri. Seorang ayah dapat
berbagi pengalaman kerjanya dan memberi
acuan atau cara-cara praktis untuk meraih profesi
impian. Sisanya, biarkan anak yang
melakukannya sendiri.
2. Pernikahan yang realistis
Jika anak berniat untuk menikah di usia muda,
berikanlah gambaran realistis mengenai
pernikahan yang tak melulu terjebak dalam
nuansa romantisme. Bantulah tanpa terkesan
menggurui bila dia ingin memutuskan sesuatu.
Tentunya ayah lebih berpengalaman dalam hal
ini, bukan?
3. Jangan sampai dukungan finansial orangtua
disalahartikan
Ayah perlu menilai seberapa jauh anak dapat
bergantung pada dukungan keuangan darinya.
Jangan sampai hal ini membuatnya tak tumbuh
mandiri. Bila melihat anak semakin bergantung,
berarti ayah harus mengubah pola dukungannya
selama ini. Jangan serta merta menghentikan
dukungan keuangan itu. Tetapi, carilah bentuk
dukungan yang dapat menggugah kemandirian
seorang anak.
Kesalahan Anak Cermin Refleksi Diri
Jika suatu saat, anak menjalani hidup yang tidak
sesuai dengan harapan, misalnya menjadi
pengangguran atau berkarir di jalur yang salah,
cobalah untuk meminta maaf padanya. Biarkan
anak meluapkan kemarahan dan kekecewaannya
pada orangtuanya. Cara seperti ini akan
menumbuhkan hubungan yang lebih kuat dan
solid di antara anak dan orangtua.
Langkah Praktis Membangun Hubungan
antara Ayah dan Anak:
Katakan bila Anda menyayanginya, meski sudah
lama tak mengatakannya.
Ajak anak untuk makan siang atau makan malam
bersama. Bila perlu, bantulah dia menyelesaikan
pekerjaannya.
Selalu sediakan waktu untuknya, meskipun Anda
sedang sesibuk apa pun.
Bukalah selalu jalur komunikasi dengannya.
Telepon dia dengan teratur untuk menjaga
hubungan tetap erat
Jadilah sahabat dekatnya dan berikan solusi yang
tak menggurui ketika dia sedang bermasalah
Cari hal-hal kesukaan anak dan cobalah untuk
menunjukkan ketertarikan Anda pada hal
tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar