Sabtu, 05 Februari 2011

Kepribadian di lihat dari status facebook...???

Pernahkah kamu sekalian menyadari bahwa
kepribadian manusia memang bisa dilihat dari
prilakunya, sehingga kita bs tahu tipe manusia
seperti dia..
Termasuk perilaku di internet..khususnya di
facebook, dari prilaku dia yang terwujud dalam
setiap gaya status yg dipublish..kita bs tahu kok
seperti apa tipe kepribadiannya.
Tapi perlu kamu tahu dan pahami dulu… bahwa
uraian ini TIDAK ILMIAH!!! Jadi..boleh percaya
boleh tidak …hehehehe
(TULISAN INI PANJANG… SABAR YA
BACANYA…)
Well… ada 15 Tipe Kepribadian seseorang yg bs
dilihat dari gaya statusnya di FB….
1. Manusia Super Update
Orang tipe ini kapanpun dan di manapun
selalu update status. Statusnya tidak terlalu
panjang tapi terlihat bikin risih, karena hal ‐hal
yang tidak terlalu penting juga dipublikasikan.
Contoh :
-”Lagi makan di restoran A.. bareng si bro…”,
-”Saatnya baca koran..”,
-”Dalam perjalanan menuju neraka..”, :) dan
sebagainya.
2. Manusia Melankolis
Biasanya selalu curhat di status. Entah
karena ingin banyak diberi komentar dari
teman ‐temannya atau hanya sekedar
menuangkan unek‐uneknya ke facebook.
Biasanya orang tipe ini menceritakan kisahnya
dan terkadang menanyakan solusi yg terbaik
kepada yang lain.
Contoh :
- “Kamu sakitin aku..lebih baik aku cari yang
lain..”,
- “Cuma kamu yang terbaik buat aku..terima
kasih kamu sudah sayang ama aku selama
ini.. ”.
3. Manusia Pengeluh
Pagi, siang, malem, semuanya selalu ada
aja yang dikeluhkan melalui FBnya.
Contoh :
- “Jakarta maceeet..!! Panas pula..”,
- “Aaaargh ujan, padahal baru nyuci mobil..
sialan.!!”,
- “Males ngapa2in.. cape hati gara2 dia.”, dsb.
4. Manusia Sombong
Mungkin beberapa dari mereka ga berniat
menyombongkan diri, tapi terkadang orang
yang melihatnya, yang notabene tidak bisa
seberuntung dia, merasa kalo statusnya itu
kelewat sombong, dan malah bikin sebel.
Contoh :
- “Otw ke Paris..!!”, (Paris atau Pakis..??)
- “BMW ku sayang, saatnya kamu
mandi..aku mandiin ya sayang..”, (org ini psti
wajahnya penuh jerawat..tp body-nya seksi)
- “Duh, murah‐murah banget belanja di
Singapur bow!!” (tp gk jd beli krn duitnya
kurang..)
5. Tipe Misterius
Tipe yang biasanya bikin banyak orang bertanya
tanya atas apa maksud dari status orang
tersebut. Biasanya dalam suatu kalimat
membutuhkan Subjek + Predikat + Objek +
Keterangan.
Tapi orang tipe ini mungkin hanya
mengambil beberapa atau malah hanya 1
saja. Dan pastinya mengundang kontroversi.
Contoh :
- “Ya Sudahlah..” ,
- “Telah berakhir..” (apanya??),
- “Termenung..” (so what gitu loh),
- “ikhlas…” (hbs beol ya..) ,
- “pagi yg cerah..” (disini mendung oey!!)
6. Manusia in English
Tipe manusianya bisa seperti apa saja,
apakah melankolis, puitis, sombong dan
sebagainya. Tapi dia berusaha lebih keren
dengan mengatakannya dalam bahasa
Inggwis Gicyu Low..
Contoh :
- “Tie and Chair..”,
- “I can tooth, you Pink sun..” dsb..
7. Manusia Lebay
Updatenya selalu bertema ‘gaul’ dengan
menggunakan bahasa dewa.. ejaan yang
dilebaykan..
Contoh:
- “met moulning all..”
- “pagiiieh yg cewrah nich… xixiixi” :(
Mana yang menjadi tipe kamu dilihat dari gaya
status kamu??
Eits… tp ini belum selesai, masih ada tipe
lainnya..
8. Manusia Terobsesi…
Mengharap sesuatu tapi gak kesampaian..
pengen jd artis gak dapat ‐dapat. hahaha
Contoh :
- “duwh… sesi pem otretan lagi! cape…”.
- “cpe diikutin pnggemar trs ky gni…uchhh”
9. Manusia Sok Tau..
Sotoy bahasa elite-nya. Padahal dia sendiri
tidak tahu apa makna dari setiap yang
ditulisnya.. tp sok tau abiss!!.
Contoh :
-”Pemerintah selalu memanjakan para pejabat
namun melupakan rakyatnya yg.. bla..bla…bla,
seharusnya pemerintah..bla..bla..bla..” (kayak dia
pernah jd pemerintah aja)
- “Indonesia kalah sbenarnya bukan krn
pemainnya yg gk bisa…tp pejabat nih yg terlalu
bla..bla..bla..” (ni yg maen dia atau siapa sih..)
10. Manusia Bioskop..
Di statusnya selalu berisi update film yang abis
ditonton dan kasih comment..
Contoh :
- “ICE AGE 3..Recomended!!”,
- “Transformers 2 mantab euy..”,
- “Ku ingin seperti Anna..yg beruntung
mendapatkan Ust.Azzam..bla..bla..bla” (gk ada
Ust.Azzam…adanya Ust. A’am, wkwkwk)
11. Manusia pedagang:
Hampir gk ada kalimat di statusnya yang nggak
menjual sesuatu … termasuk menjual dirinya
kalau mungkin
Contoh:
- “jual sepatu bla bla bla”
- “ayo dipilih sistaaa… stok produk msh banyak
nih..”
- “produk br dateng.. buruan dibeli, pemesanan
sms aja ke…bla..bla..bla..”
(ssstt… saya juga pernah melakukan ini, hihihihi)
12. Manusia penyuluh masyarakat
nampaknya ini dia pengabdi masyarakat yg
tulen … bahkan mgkn jg pengabdi pemerintah yg
taat.
Contoh:
- “jangan lupa dateng ke TPS, 5 menit utk
5 tahun bla..bla”
- “kibarkan bendera setengah tiang untuk
menghormati bla..bla..bla..”
13. Manusia Alay bin Lebay..
Ada berbagai macam versi, dari tulisannya
yang aneh atau tulisannya biasa aja, hanya
saja kosakatanya gak lazim seperti bahasa
alien. Perlu sekian menit untuk memahami tiap
katanya..
Contoh:
Alay 1 : “DucH Gw4 5aYan9 b6t s4ma
Lo..7aNgaN tin69aL!n akYu ya B3!bh..!!”
Alay 2 : “Km mugh kog gag pernach
ngabwarin aq lagee seech? kmuw maseeh
saiangs sama aq gag seech sebenernywa ?”
Alay 3 : ”Ouh mY 9oD..!! kYknY4w c gW
k3ReNz 48ee5h d3ch..!!”
(Khusus buat tipe ini, ga usah di baca juga
gpp.. saya pribadi juga mikir lama dulu buat
nulis ini, walaupun jadinya kurang syeepp)
14. Tipe Hidden Message
Tipe ini biasanya tidak to the point, tapi
tentunya punya niat biar orang yg dituju
membaca nya. (bagus kalo baca..kalo ngga?
kelamaan nunggu) padahal kan bisa
langsung aja sms ya..
Contoh :
- “For you my M****, I can’t live without
you..you are my bla bla bla…”,
- “Heh, cew bajingan..ngapain lo deket2in
cow gw?! kyk ga laku aja lo..”

Inilah Biografi si Diktator itu(Hosni Mubarak)

Muhammad Hosni Said Mubarak lahir pada 4 Mei
1928 di “Kafr El-Meselha”, Governorat Al
Monufiyah (Mesir). Pernikahannya dengan
Suzanne menghasilkan dua anak, yaitu Alaa dan
Gamal.Muhammad Hosni Mubarak telah menjadi
presiden Republik Arab Mesir sejak 14 Oktober
1981 setelah Anwar Sadat terbunuh. Saat masih
belajar di perguruan tinggi, ia bergabung dengan
Akademi Militer Mesir hingga meraih gelar
Bachelor ’s Degree dalam Pengetahuan Militer
pada tahun 1949. Pada tahun 1950, ia bergabung
dengan Akademi Angkatan Udara dan kembali
meraih gelar Bachelor ’s Degree untuk
Pengetahuan Aviation serta Ia mengajar di
Akademi Angkatan Udara pada periode
1952-1959. Pada tahun 1964, ia diangkat sebagai
Kepala Delegasi Militer Mesir untuk USSR.
Di bawah Konstitusi Mesir 1971, Presiden
Mubarak memiliki kuasa yang luas atas Mesir.
Bahkan, dia dianggap banyak orang sebagai
seorang diktator, meskipun moderat. Ia dikenal
karena posisinya yang netral dalam Konflik
Israel-Palestina dan sering terlibat dalam
negosiasi antar kedua pihak.
Setelah bergabung di Akademi Militer FROUNZ
(Uni Soviet), ia menjadi Komandan Pangkalan
Udara Barat Kairo (1964) dan menjabat Direktur
Akademi Angkatan Udara pada tahun 1968. Pada
tahun 1969, ia menjabat Kepala Staf Angkatan
Udara dan Komandan Angkatan Udara serta
Wakil Menteri Peperangan (1972). Pada 1974, ia
dipromosikan ke peringkat Letnan Jendral dan
Wakil-Presiden Republik Arab Mesir (1975).
Pada 1979, ia menjabat Wakil-Presiden Partai
Demokratik Nasional (NDP) dan langsung
menjabat Presiden Republik Arab Mesir pada
1981. Pada 1982, ia menjabat Presiden Partai
Demokratik Nasional dan terpilih kembali sebagai
presiden (1987). Periode 1989-1990, ia menjabat
Ketua Umum Organisasi Persatuan Afrika
“ OAU”. Ia terpilih kembali sebagai presiden pada
1993 dan menjabat lagi sebagai Ketua Umum
Organisasi Persatuan Afrika “OAU” pada periode
1993-1994. Sejak Juni 1996, ia menjabat Ketua
Umum Arab Summit. Ia terpilih kembali sebagai
presiden pada 1999 dan menjabat Ketua Umum
G-15 pada periode 1998-2000.
Mubarak telah menjadi kekuatan gaya lama
dengan kontrol penuh dari pemerintah. Berjalan
tanpa perlawanan, Mubarak memenangkan
kepresidenan dalam referendum nasional pada
tahun 1987, 1993 dan 1999; setelah perubahan
undang-undang, ia menang melawan oposisi
token pada tahun 2005. Pada bulan Februari
2005 Mubarak mengumumkan rencana untuk
pemilu September 2005 yang pertama kali Mesir
multi-kontes calon presiden. Pada tanggal 7
September 2005 ia dgn mudah memenangkan
jangka lima kali berturut-turut dalam pemilihan
tersebut, namun kemenangan itu tertutup oleh
jumlah pemilih yang rendah, laporan
kecurangan dan pidana penjara saingan
politiknya, Ayman Nour. Sejak itu, presiden
Mubarak telah didominasi oleh tekanan untuk
reformasi politik dan oleh kasih Mubarak /
membenci hubungan dengan Amerika Serikat,
yang telah menjadi penyedia stabil bantuan
militer. Mubarak telah ditegur oleh para
pemimpin Amerika, termasuk Presiden George
W. Bush dan Menteri Luar Negeri Condoleezza
Rice, karena kurangnya “komitmen” untuk
demokrasi, tetapi ia juga telah menjadi sekutu AS
yang penting di wilayah ini, khususnya selama
perang AS di Irak.
Politik dan jabatan militer
Kembali terpilih sebagai presiden untuk kelima
kalinya (2005)
Ketua G-15 (1998 & 2002)
Kembali terpilih sebagai presiden untuk keempat
kalinya (1999)
Ketua Arab Summit sejak Juni (1996)
Ketua OAU (1993-1994)
Kembali terpilih sebagai presiden untuk ketiga
kalinya (1993)
Ketua OAU (1989-1990)
Kembali terpilih sebagai presiden untuk kedua
kalinya (1987)
Presiden Partai Nasional Demokratik (1982)
Presiden Republik (1981)
Wakil Presiden Partai Nasional Demokratik (NDP)
(1979)
Wakil Presiden Republik Arab Mesir (1975)
Promosi jabatan Letnan Jenderal (1974)
Komandan Angkatan Udara dan Wakil Menteri
Pertahanan (1972)
Kepala Staf Angkatan Udara (1969)
Direktur Akademi Angkatan Udara (1968)
Komandan Angkatan Udara Kairo Barat (1964)
Bergabung dengan Frunze Military Academy,
USSR (1964)
Lecturer di Akademi Angakatan Udara
(1952-1959)

Jumat, 04 Februari 2011

Pelajaran yang terus berulang dalam kehidupan

———— ( Bismillah ) ———–
Dalam dunia kehidupan ini sudah pasti setiap anak
manusia (bahkan setiap makhluk) akan mengalami
proses pembelajaran, entah itu berupa formal
atau non formal. Ketika masih dalam rahim sang
ibu, proses belajar pun juga terjadi. Bagaimana
cara komunikasi dengan sang calon ibu, itu juga
merupakan pembelajaran.
Lalu ketika lahir ke dunia ini, sang anak pun belajar
untuk mencari penghidupan dengan cara bernafas
dan melepaskan suara untuk yang pertama kali di
dunia ini baginya. Lalu sang ibu mengajari nya
bagaimana caranya makan serta minum, yang
nanti akan menjadi naluri kuat dari sang anak
ketika dia lapar atau haus maka dia akan menangis
dan dapatlah dia pelajaran hidup yang kedua. Lalu,
berikutnya bagaimana cara dia mengenali orang
yang sering dilihatnya (Mostly, sang ibu), itu
pelajaran ketiga. Kelanjutannya adalah bagaimana
dia belajar menyebutkan nama yang diajarkan
oleh ibunya, itulah pelajaran ke empat. Kemudian
setelah kurang lebih satu tahun, dia akan belajar
berjalan yang dimulai dari merangkak, inilah
pelajaran yang kelima baginya ketika sang anak
sudah dapat berdiri dan berjalan serta berlari.
Dilanjutkan dengan pelajaran keenam, yaitu
bagaimana sang anak belajar dalam pendidikan
formal berupa sekolah tingkat dasar (TK dan SD),
tingkat menengah (SMP dan SMU) serta tingkat
tinggi (D1 sampai S3). Pada pelajaran ketujuh,
bagaimana memasuki tahap pendewasaan diri.
Kedelapan, proses komunikasi dengan lingkar luar
yang sangat luas (bukan keluarga).
Kesembilan dan Kesepuluh adalah pelajaran untuk
bertahan dalam kehidupan dengan bekerja dan
membina keluarga untuk mengajari anak seperti
mereka sebelumnya.
Dalam kehidupan ini proses-proses ini tidak
pernah berhenti berulang, bahkan akan terus
menerus berulang dan berulang (looping
process). Makna dari ke 10 proses pembelajaran
tersebut adalah :
Pelajaran pertama, bagaimana cara menjalin
hubungan dengan orang terdekat kita (keluarga)
dengan baik
Pelajaran kedua, bagaimana cara menjaga jalinan
hubungan yang sudah kita bina dengan tidak
mengacuhkan orang-orang terdekat kita tersebut.
Pelajaran ketiga, bagaimana cara memperhatikan
orang-orang disekitarnya tersebut (keluarga).
Pelajaran keempat, bagaimana cara menjalin
silaturahmi keluarga dengan cara sering
komunikasi dengan mereka, semakin sering maka
kita akan semakin dekat.
Pelajaran kelima, bagaimana cara berjalan dengan
keluarga dengan kondisi perlahan-lahan sehingga
mereka akan sama-sama maju dan tidak ada
yang tertinggal.
Pelajaran keenam, bagaimana cara
membudidayakan keluarga dengan ilmu,
sehingga tidak ada yang tertinggal dalam
perjalanan sehari-hari.
Pelajaran ketujuh, bagaimana cara menyikapi
masalah-masalah dalam kehidupan, baik yang
menyangkut diri sendiri, keluarga atau pun pihak
luar.
Pelajaran kedelapan, bagaimana cara menjaga
hubungan baik dengan orang diluar keluarga.
Pelajaran kesembilan, bagaimana cara menyusun
rencana untuk pembentukan generasi selanjutnya
(regenerasi).
Pelajaran kesepuluh, bagaimana cara mengajari
generasi penerus kita dengan proses pelajaran
pertama.
Itulah 10 looping process dalam kehidupan kita ini,
hal ini sama juga dengan rantai makanan pada
kehidupan binatang. Seandainya ada satu rantai
yang kita potong, maka semakin lama akan
semakin punah kehidupan binatang tersebut.
Begitu pula dengan proses pembelajaran
kehidupan itu, janganlah ada yang terlewatkan
atau terputuskan karena akan menghancurkan
generasi-generasi penerus kita. Bukankah kita
ingin sesuatu yang lebih baik untuk masa depan
daripada yang sudah ada saat ini.
SEMOGA BERMANFAAT,

(Joel Dzatuka)

Kamis, 03 Februari 2011

Si Wanita Mapan ''susah jodoh''

Uang, Kekuasaan dan wanita tiga hal yang selalu
menjadi faktor X dari perjalanan hidup manusia.
Ketiga hal diatas merupakan sesuatu yang
menjadi motivasi serta dorongan paling
dominan …. Terkhusus bagi seorang lelaki.
Korelasi dengan judul artikel “Wanita Mapan
cendrung Susah Jodoh” diatas adalah terkait
masalah Uang dan Kekuasaan dong… pastinya,
karena yang dibahaskan wanita.
Wanita mapan dalam konteks ini adalah wanita
yang mandiri dalam artian memiliki status sosial,
pendidikan dan strata ekonomi diatas rata-rata.
Dalam status sosial wanita mapan biasanya adalah
wanita-wanita yang berkuasa secara nyata dalam
bidang-bidang yang berhubungan dengan suatu
kepentingan, misalnya para wanita keturunan
bangsawan, wanita-wanita yang berkarier dalam
politik, dan para wanita karier yang memiliki
wewenang secara nyata didunia kerja, serta
wanita-wanita yang disorot secara intens oleh
media yang biasa kita sebut sebagai “Selebritis”.
Hal yang menyebabkan status sosial
mempengaruhi cepat atau lambatnya jodoh
seorang wanita adalah dikarenakan tipe-tipe
wanita aristokrat ini cendrung terlalu fokus dalam
mengejar karier baik dibidang Politik, profesional
dan keartisan, sehingga mereka cendrung
terlupakan masalah hubungan dengan lawan
jenisnya. Seiring dengan perkembangan karier
yang menanjak, maka strata ekonomi wanita
mapan cendrung berada pada level diatas rata-
rata pula.
Tentunya dengan jarak strata ekonomi yang
cukup signifikan dengan pria pada umumnya, hal
ini menimbulkan beberapa dampak psikologis
yang mempengaruhi keputusan-keputusan dalam
menentukan calon pasangan hidup, dibawah ini
beberapa hal baik psikologis maupun keinginan
yang seringkali menghambat atau menjadi bahan
pertimbangan seorang wanita dalam menemukan
jodohnya baik dari sudut pandang wanita
maupun pria, sebagai berikut :
#1. Merasa takut…. dalam konteks negatif rasa
takut yang dirasakan oleh seorang wanita mapan
secara ekonomi adalah takut salah memilih
pasangan hidup dengan strata ekonomi,
pendidikan dan status sosial dibawahnya. Adapun
hal yang mendasari ketakutan ini adalah
banyaknya kejadian nyata dimasyarakat yang
menggambarkan penderitaan seorang wanita
yang tadinya mapan, justru setelah berkeluarga
menjadi jatuh pada level terendah hidupnya,
karena harta dan statusnya dimanfaatkan secara
serampangan oleh pria-pria brengsek yang tidak
bertanggung-jawab, atau istilah negatifnya sang
wanita hanya dijadikan sapi perahan untuk dikeruk
hartanya saja oleh si Pria Parasit ini.
Namun demikian disatu pihak kebanyakan para
pria baik yang setulus hatinya mencinta seorang
wanita dengan strata berada diatasnya, cendrung
juga menjadi takut, tidak percaya diri, bahkan
minder untuk menjalin hubungan dengan si
wanita mapan, karena sebagian pria baik ini, jauh
didalam hatinya atau secara psikologis telah
merasa lebih rendah dibanding si wanita,
sehingga timbul perasaan tidak nyaman yang
mengganggu ketika hendak menjalin hubungan
dengan wanita yang berada pada strata lebih
tinggi darinya.
#2. Kebiasaan mendominasi… para wanita mapan
sebagaimana telah diulas diatas kebanyakan pula
adalah para wanita yang berkuasa secara nyata
dalam kehidupannya. Kecendrungan rasa
berkuasa ini tanpa disadari menjadikan para
wanita mapan cendrung dominan dalam suatu
hubungan, sehingga banyak terjadi hubungan
cinta yang dijalaninya sering putus ditengah jalan,
karena terjadinya gesekan-gesekan antara ego
kelelakian dengan dominasi para wanita ini
kesininya dipastikan akan meruncing.
#3. Sedikitnya stock pria mapan… yang masih
bujangan, baik dan pada strata sama dengan si
wanita mapan yang cendrung biasanya sedikit
berumur, karena tanpa disadari banyak waktunya
terbuang dalam mengejar karier dan status
mapan diatas. Hal ini realitas, silakan saja hitung
berapa banyak jumlah para pria mapan yang
masih bujangan dibandingkan dengan wanita
mapan yang masih menjomblo.
Permasalahan ini jarang terjadi pada pria karena
biasanya pria mapan justru lebih gampang dalam
memilih pasangannya karena tidak terkendala
dengan ketakutan berlebih, dominasi yang kaku
karena memang telah menjadi tabiatnya, serta
terbukanya celah memilih pasangan wanita
mapan ataupun wanita biasa saja karena
posisinya yang mapan justru membuka banyak
peluang dan keleluasaan dalam menentukan
pilihan pasangan hidup.
Sebagaimana biasa beberapa saran berikut,
semoga dapat menjadi solusi bagi para wanita
agar tidak terjebak pada situasi psikologis diatas :
#1. Utamakan perasaan dalam menentukan
pasangan hidup, singkirkan dulu status diri, buang
kekhawatiran dan pikiran negatif bahwa anda akan
dimanfaatkan, bukankah harta yang telah anda
kumpulkan sebelum menikah tidak akan dapat
dimanfaatkan secara sewenang-wenang oleh
pasangan jika anda dapat berpikir jernih serta
selalu menimbang setiap keputusan yang akan
diambil pasangan ketika telah menjadi suami istri,
jika perlu buat perjanjian pra nikah…. Kenapa tidak
jika itu merupakan komitmen.
#2. Bagi anda wanita mapan, biasakan diri
mengambil keputusan secara bersama-sama
dengan pasangan atas setiap rencana-rencana
bersama, agar tidak terkesan mendominasi dan
cobalah re-thinking atau introspeksi diri lebih jauh
kedalam hati dan cobalah kembali memaknai
hakikat seorang wanita sebagai pendamping pria
dan bukan sebaliknya, sehingga gesekan-gesekan
ego dengan pasangan bisa diminimalisir.
#3. Lupakan angan-angan berlebih untuk
mendapatkan pasangan dengan strata sejajar
dengan anda, tapi cobalah berhubungan dengan
pria yang benar-benar anda cintai dan juga
mencintai anda, karena status sosial dan strata
bukanlah sesuatu yang kekal, namun lihatlah
ketulusan sang pria. Dan semoga setelah
berjalannya hubungan situasi terbalik justru pria
biasa tadi yg menjadi bintang keberuntungan
anda dimasa depan, anda bahagia karena
dicintainya dan dia bahagia karena mencintai anda,
bukan karena status dan strata.
Cukup dulu tentang masalah wanita kali ini,
semoga ada sedikit manfaat yg bisa diambil,
terkhusus bagi saudari-saudari kenthirku agar
dalam hidup jangan terlalu terlena dengan
kemapanan tapi cobalah menikmati setiap rasa
dan biarkan waktu yg mewujudkan harapan
serta kemapanan anda berdua, tentu ini jauh
lebih baik.
(HF)

Cara menjadi orang paling cerdas

Siapakah orang yang paling cerdas di dunia ini?
Susah menjawabnya. Apalagi menentukan siapa
orangnya, siapa namanya yang paling cerdas itu.
Tapi hari ini, ketika mendengarkan khotbah Jumat,
aku diberitahu oleh khatib tentang siapakah orang
cerdas menurut Nabi Muhammad, SAW.
Khatib bercerita, suatu hari salah seorang sahabat
bertanya kepada Nabi.
“Siapakah diantara orang-orang mukmin yang
paling cerdas/cerdik?” tanya si sahabat.
“Ialah orang yang paling banyak ingat mati
diantara mereka dan mereka yang paling baik
persiapannya untuk kehidupan selanjutnya.
Mereka itulah orang-orang yang cerdas. ” jawab
Nabi Muhammad.
Jadi, kata khatib Jumat itu bilang, bahwa bukan
orang yang banyak menciptakan ini dan itu yang
paling cerdas, tapi orang yang tahu bahwa hidup
di dunia ini hanya sebentar sehingga ia
menyiapkan sebaik-baiknya bekal untuk
kehidupannya setelah mati kelak.
Bagi yang tidak percaya adanya kehidupan setelah
mati, dan bagi yang tidak percaya adanya surga
dan neraka, silahkan jangan percaya pada apa
yang dikatakan oleh khatib.
Dengan menuliskan ini di catatan harian di
Kompasiana, semoga aku bisa ingat apa yang
diceritakan khatib hari ini. Sehingga bisa masuk
kepada golongan mukmin yang cerdas. Amiin.

(Erkatude)

Alutsista, kita belum mandiri!

Apa yang membedakan negara kita dengan
negara lainnya dalam mengelola Industri?
Jawabannya sederhana saja, yakni untuk jangka
pendek adalah : KEUNTUNGAN. Beda dengan di
beberapa negara yang mengelola investasi di
industri berat maupun ringan, katakalanlah untuk
Industri persenjataan, orientasi yang paling utama
dan terutama oleh negara pengelolanya adalah :
KEMANDIRIAN.
Mengapa kemandirian lebih penting dari hal
lainnya, karena untuk mencapai keuntungan
jangka panjang jelas memerlukan kemandirian.
Tapi jika keuntungan jangka pendek yang
diinginkan jelas kemandirian tidak menjadi
penting. Selesai proyek (pabrik) dibangun,
menyerap tenaga kerja beberapa tahun, kontrak
selesai, keuntungan bagi pejabat yang mengurus
telah meluber, selesailah sudah industri itu. Habis
manis sepah dibuang!
Karyawan dibubarkan, peralatan yang belum
cukup usia habis penyusutannya teronggok
menjadi besi tua dan berkarat. Belum cukup,
biaya perawatan gedung dan mesin terus harus
keluar, tentu saja SDM nya untuk menjaga
onggokan besi-besi tua dan rangkaiannya
memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Mengapa kita TIDAK menganut mandiri oriented?
Menurut BJ Habibie, karena kita berbudaya VOC.
Pedagang Belanda dahulu memang menegakkan
prinsip dagang seperti ini, pokoknya ada untung
ada barang, ada uang (dollar atau gulden) ada
barang. Cara apapun ditempuh walau tidak efisien
dikemudian hari.
Maka tak heran, pada pertemuan di DPR-RI
Senayan tanggal 31 Januari 2011 lalu dalam acara
dengar pendapat mengenai alutsista, BJ Habibie
sampai naik darah. Ia menyatakan pola
penanganan alutsista di negeri ini harus berbasis
kemandirian.
“Untuk apa mengimport peralatan, itu sama
dengan membayar jam kerja orang di sana.
Bayarlah jam kerja rakyat agar kita semua bisa
mandiri ’” ujar Habibie berapi-api seraya memberi
perumpamaan terhadap beberapa benda di
hadapannya (gelas, mic dan meja). Habibie
bahkan -karena geramnya tidak ada anggota DPR
yang mengerti dengan baik tentang kemandirian
alutsista- sampai menggebrak meja dalam
memberi perumpamaan. “Braaaakkkk” suara
meja ditampar terdengar melalui suara mic.
Dengan ekspresi yang menggelegak, ia
menyatakan akan berdiri di depan jika ada upaya-
upaya untuk mematikan industri-industri jika
lahan dan lokasi itu untuk dijadikan lapangan golf.
Habibie juga menyampaikan bahwa sejak tahun
2002 semua industri pertahanan yang dibangun di
negeri ini TIDAK FOKUS, semuanya berorientasi
kepada keuntungan jangka pendek, BUKAN
kemandirian.
Padahal kemandirian itu -menurut Habibie- justru
akan mengakibatkan umpan balik, yakni
terciptanya sinergi dengan industri lainnya,
bahkan menciptakan industri baru untuk
mendukung atau menyokong indsutri pertama.
katakalanlah misalnya PINDAD ingin menciptakan
Tank Serbu jenis terbaru memerlukan bahan baku
untuk jenis logam tertentu pada rantai-rantai
rodanya, tentu akan dibangun industri penyedia
logam terbaik yang akn menyokong logam
unutuk PT PINDAD dan lainnya milik negara.
Bukan diimpor dari luar negeri atau meingimpor
bulat-bulat dan utuh (CBU) dari Luar Negeri, inilah
yang dikecewakan oleh BJ Habinie.
BJ Habinie walau sudah tua, tapi tetap tegas dan
bersemangat. Sambil menunjuk-nunjuk ke arah
anggota DPR yang melongo (entah apa dalam hati
atau benak mereka) Habibie menyebutkan ” Saya
memang orang tua, tapi saya tidak buta.” Jadi
terlalu kecewa Habibie melihat cara pemerintah
sekarang menangani perhatian terhadap alutsista
negara dalam pola industri yang berorientasi
kemandirian.
Apakah kekecewaan Habibie ini bermanfaat?
Apakah didengar, apakah ada yang perduli,
apakah akan ada perubahan sehingga pola industri
yang mandiri dalam pengadaan alutsista kita akan
terealisir? Bisa skeptis kita memang jika melihat
pola VOC masih mengental dan bergelayut dalam
mental beberapa pejabat negara yang mengurus
hal tersebut. Tapi once more, dengarkanlah …!
Kata orang be positive.. Mari berpikiran positif,
semoga harapan Habibie menjadi kenyataan.
Pemerintah harus perhatikan pola yang
disampaikan oleh BJ Habibie agar bisa mandiri
dalam pengadaan alutsista agar bisa mandiri
walau tidak mungkin bisa mandiri 100% tapi
dalam jangka waktu tertentu (misal 3 ttahun)
harus bisa mandiri.
Kalau suara BJ Habibie pun tidak di dengar lagi,
apakah suara kita suara Komapasianer masih
mau didengar? Awas, nanti dianggap
kualat ….he..he…

Rabu, 02 Februari 2011

Laswell’s theory of communication

The Lasswell Formula


Please note: The Lasswell Formula is typical of what are often referred to as transmission models of communication. For criticisms of such models, you should consult the section on criticisms of transmission models.
The sociologist, Harold Lasswell, tells us that in studying communication we should consider the elements in the graphic above.
Lasswell was primarily concerned with mass communication and propaganda, so his model is intended to direct us to the kinds of research we need to conduct to answer his questions (‘control analysis’, ‘effects research’ and so on). In fact, though, it is quite a useful model, whatever category of communication we are studying. Note, incidentally, that the Lasswell Formula consists of five major components, though this is by no means obligatory. You might be interested to look at the comments on Maletzke’s model to see which components a selection of other researchers have considered essential.

Lasswell: Communicator

Lasswell was primarily concerned with mass communication. In every form of communication, though, there must be someone (or something) that communicates.
How appropriate is the term communicator? You might say that you can’t really talk about communication if the audience for the message don’t respond appropriately. Maybe that’s a reason that many communication specialists refer to the communicator as sourcetransmitter or senderof the message – at least that doesn’t presuppose that communication does actually take place. or 
Control analysis
Because of the application of Lasswell’s Formula to the media, his question Who? has come to be associated mainly with control analysis:
  • who owns this newspaper?
  • what are their aims?
  • what are their political allegiances?
  • do they attempt to set the editorial policy?
  • does the fact that they are a republican account for the newspaper’s repeated attacks on the Royal Family?
  • are they subject to any kind of legal constraints?
  • how does the editor decide what to put in the paper?
and so on.
Can you see, though, how that sort of question can be applied to, say, interpersonal communication? You’re asking a similar sort of question when, reflecting on a comment someone has just made, you say to yourself something like: ‘Blimey, that was a strange thing to say. He must be really weird.’

Lasswell: The Message

Being concerned with the mass media, Lasswell was particularly concerned with the messages present in the media. This relates to an area of study known as content research. Typically, content research is applied to questions of representation, for example: how are women represented in the tabloid press? or: how are blacks represented on television? or: how is our society represented to us in the movies? Content research will often be a matter of counting the number of occurrences of a particular representation (for example, the housewife and mother who does not work outside the home) and comparing that with some kind of ‘objective’ measure, such as official statistics.
Interpersonal communication
What about our everyday communication, though? Do you spend much time thinking about how best to formulate your messages? In much of our everyday interpersonal communication with our friends, we probably are not all that conscious of thinking much about our messages. Still, you can probably think of certain messages you are communicating now to anyone passing by as you read through this. Think about it for a minute -
  • what clothes are you wearing?
  • how is your hair done?
  • are you wearing specs?
  • what about that deodorant?
The answers to those questions may not be the result of a lot of thought before you left home this morning, but they are the result of a variety of decisions about the image you want to project of yourself – the messages about you, your personality, your tastes in music etc.
No doubt also during the day, there’ll be certain messages you will think about more carefully – that thank you letter you’ve got to send; that excuse you’ve got to find for not handing in your essay; that way of telling that person you wish they’d really leave you alone.

Lasswell: Channel

The channel is what carries the message. If I speak to you my words are carried via the channel of air waves, the radio news is carried by both air waves and radio waves. I could tap out a message on the back of your head in Morse Code, in which case the channel is touch. In simple terms, messages can be sent in channels corresponding to your five senses.
This use of the word ‘channel’ is similar to the use of the word medium when we talk about communication. The words are sometimes used interchangeably. However, strictly speaking, we often use the word medium to refer to a combination of different channels. Television for example uses both the auditory channel (sound) and visual channel (sight).
Media analysis
The question of which channel or medium to use to carry the message is a vitally important one in all communication. Can you think of any examples of when you might have chosen the wrong channel to communicate with someone? An obvious example of the possible pitfalls would be trying to use the telephone to communicate with a profoundly deaf person. For some time I taught a blind person how to use a computer. As you can probably imagine, it was incredibly difficult to use the auditory channel only.
The choice of medium for your practical work
You could, for example, produce a very polished video tape for your practical work, but is it appropriate? Can you think why it might be the wrong medium? If you don’t know how to distribute it to the intended audience, or if your audience can’t afford to buy it, you could well have wasted your time. You might well have been better advised to produce a leaflet – less impressive perhaps, but cheaper and easier to distribute. Video is also a very linear medium – you start at the beginning and work your way through to the end – if you’re communicating information which your audience already know a lot of, maybe they would have been better off with a booklet that they can skim through to find something they don’t already know. Video isn’t easily portable either – if your audience need to refer back to your information, then a booklet they can stuff in their pocket might be a better bet.
When you produce your practical work, you’ll have to investigate the possible media available for the message you want to communicate, asking questions like:
  • what are the conventions of this medium?
  • is this medium appropriate to my audience?
  • does it appeal to them?
  • how will they get hold of it?
  • can they afford it?
  • is this medium appropriate to my message?
  • can it explain what I want it to explain?
  • do I need to show this in pictures or words?
and so on.
These are all questions of ‘media analysis’. Advertising agencies employ Media Buyers who decide what is the most suitable medium, or combination of media (newspapers, billboards, flysheets, TV ads etc.) for the type of message they want to communicate. They will also have decided on a particular target audience they want to communicate it to and so, using, say the TGI, the NRS etc., will decide what is the most appropriate magazine, newspaper to reach that audience.
A classic example of using the wrong channel is that of research conducted by an American newspaper on the eve of the Presidential elections in the 1940′s. The message was simple: Who will you vote for? The audience was easy to define: a random sample of voters. The newspaper duly conducted a telephone poll of voters chosen at random from the phone book and announced that the Republicans would win. In fact the Democrats won with a massive victory. The reason they got it wrong was quite simple: at that time only the wealthier members of society would have telephones and the wealthier members of society would vote Republican.
You should also give some thought to the notion of channel capacity, which is quite clearly defined in information theory, but less clear in everyday communication. Certainly, though, it’s clear that there are limits to the information which can be carried in a single channel – hence the need to think about channel redundancy as a means of carrying more of the message of your practical work.

Lasswell: The Receiver

Many Communication scholars use the rather technological-sounding terms: sendersourcetransmitter to refer to the Communicator. You’ll also come across the technological receiver to refer to what we might ordinarily call audience or readership. This whole question of audience is vitally important to successful communication. or 
Audience research
Professional broadcasters use the ratings figures and other data from BARB and advertisers in the print media use information from Gallup, the TGI and a range of other sources to find out as much as they possibly can about their audiences.
Audience research and your practical work
When you come to do your practical work, you’ll probably need to demonstrate that you have found out as much as you reasonably can about your audience, using the appropriate techniques. Because it’s so important, we have a unit devoted entirely to Researching Your Audience.
Interpersonal communication
It’s not only the mass media, though, where knowledge of our audience is vitally important. The same applies in everyday life in our contact with other people. In many cases, we don’t have to know a lot about the person we’re dealing with because we each act out the appropriate rôle. I don’t have to know anything about the shop assistant who sells me a packet of fags – I ask for the fags, he gives me them, I give him the money, he gives me the change, we smile briefly, say ‘Cheerio’ and that’s it. I don’t need to know anything about him.
But there are numerous occasions when we do need to know more, or we make unjustified assumptions about what our audience are like. Can you think of any examples from your everyday life where communication has broken down because you didn’t know enough about your audience or because you made the wrong guess as to what they were like? What about the teacher who waffles on incomprehensibly because she makes the assumption that you know nearly as much about the subject as she does? Or that you actually remember what she told you last lesson? Or that you’re actually interested in the subject?

Lasswell: Effects

Lasswell’s model also introduces us to the question of media effects. We don’t communicate in a vacuum. We normally communicate because we want to achieve something. Even if we just pass someone in the corridor and say ‘hello’ without really thinking about it, we want to have the effect of reassuring them that we’re still friends, we are nice people, and so on.
Practical work
Lasswell was concerned not with interpersonal communication, but with the effects of the mass media. The question of whether the media have any effect or not and, if so, how they affect their audiences, is not just a large chunk of most communication and media courses, it’s also a question you have to answer about your practical work and, of course, it’s a constantly topical issue in society.
Feedback
To find out what kind of effect our communication has, we need some kind of feedback. If I speak to you, I listen to your responses and watch for signs of interest, boredom etc. In other words, I use feedback from you to gauge the effect of my communication. If you give me positivefeedback by showing interest, I’ll continue in the same vein; if you give me negative feedback by showing boredom, I’ll change the subject, or change my style, or stop speaking. When broadcasters transmit a programme, they use the services of BARB to gain feedback in the form of ratings. Advertising agencies use a variety of services, such as Gallup, to find out whether their campaign has worked. These are all forms of feedback.
Feedback is not shown specifically in Lasswell’s formula, but very many communication models do show it. A simple one which does so is the Shannon-Weaver Model.
Before going on, try taking a look at some typical examples of forms of communication. For each one, see if you can identify the separate components of the Lasswell Formula.

Selasa, 01 Februari 2011

Definisi Komunikasi (Pengantar Ilmu Komunikasi)

Istilah komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut.

Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.

Ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, tidak bisa menghindari perspektif dari beberapa ahli yang tertarik pada kajian komunikasi, sehingga definisi dan pengertian komunikasi menjadi semakin banyak dan beragam. Masing-masing mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya saling melengkapi dan menyempurnakan makna komunikasi sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi.

Menurut Frank E.X. Dance dalam bukunya Human Communication Theory terdapat 126 buah definisi tentang komunikasi yang diberikan oleh beberapa ahli dan dalam buku Sasa Djuarsa Sendjaja Pengantar Ilmu Komunikasi dijabarkan tujuh buah definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. Definisi-definisi tersebut adalahs ebagai berikut:

Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).
(Hovland, Janis & Kelley:1953)

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.
(Berelson dan Stainer, 1964)

Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?)
(Lasswell, 1960)

Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
(Gode, 1959)

Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.
(Barnlund, 1964)

Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan.
(Ruesch, 1957)

Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.
(Weaver, 1949)

Kita lihat dari beberapa definisi tersebut saling melengkapi. Definisi pertama menjelaskan penyampaian stimulus hanya dalam bentuk kata-kata dan pada definisi kedua penyampaian stimulus bisa berupa simbol-simbol tidak hanya kata-kata tetapi juga gambar, angka dan lain-lain sehingga yang disampaikan bisa lebih mewakili yaitu termasuk gagasan, emosi atau keahlian.
Definisi pertama dan kedua tidak bicara soal media atau salurannya, definisi ke tiga dari lasswell melengkapinya dengan komponen proses komunikasi secara lebih lengkap. Pengertian ke-empat dan seterusnya memahami komunikasi dari konteks yang berbeda menghasilkan pengertian komunikasi yang menyeluruh mewakili fungsi dan karakteristik komunikasi dalam kehidupan manusia.

Ke-tujuh definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa komunikasi mempunyai pengertian yang luas dan beragam. Masing-masing definisi mempunyai penekanannya dan konteks yang berbeda satu sama lainnya.

Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.
Setiap pelakuk komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Ke-empat tindakan tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada orang lain. Baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk dan mengirim pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain. Pesan yang diterimanya ini kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka si orang tersebut kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru. Demikianlah ke –empat tindakan ini akan terus-menerus terjadi secara berulang-ulang.

Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambang-lambang yang menjalankan ide/gagasan, sikap, perasaan, praktik atau tindakan. Bisa berbentuk kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-gerik atau tingkah laku dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya. Komunikasi dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, di antara beberapa orang atau banyak orang. Komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Artinya komunikasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan dan kepentingan para pelakunya.

KOMPONEN KOMUNIKASI

Komponen Komunikasi hampir sama dengan unsur-unsur komunikasi, yaitu:
  1. Komponen Komunikan.
  2. Komponen Komunikator.
  3. Komponen Pesan.
  4. Komponen Umpan Balik.
Komponen Komunikan
Seseorang dapat dan akan menerima Pesan apabila dalam kondisi sebagai berikut:
  1. Pesan komunikasi benar-benar dimengerti oleh penerima pesan.
  2. Pengambilan keputusan dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan.
  3. Pengambilan keputusan dilakukan secara sadar untuk kepentingan pribadinya.
  4. Mampu menempatkan baik secara mental atau fisik.
Komponen Komunikator
Komunikasi dapat berjalan efektif bila ada kepercayaaan dalam diri komunikator (self credibility) dan kepercayaan kepada komunikator mencerminkan pesan yang diterima komunikan dianggap benar serta sesuai kenyataan dan daya tarik komunikator (source attractiviness).
Komponen Pesan
Pesan dapat berupa nasehat, bimbingan, dorongan, informasi dan lain-lain. Pesan dapat disampaikan lisan maupun non verbal.
Umpan Balik
Merupakan respon yang diberikan oleh komunikan terhadap pesan yang diterimanya. Umpan balik dapat digunakan untuk mengukur besarnya informasi yang diterima dibandingkan dengan yang diterima.
Referensi
Christina, dkk., 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.
Tyastuti, dkk., 2008. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Vardiyansah, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Wiryanto, DR., 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Grasindo.

Kunci Sukses Google: Mengikuti 10 Aturan Emas

google-lego-logoBagaimana mengoptimalkan kinerja para pekerja ilmu (knowledge workers) adalah kunci bagi kesuksesan bisnis pada seperempat abad yang akan mendatang. Bagaimana hal ini dilakukan pada Google?

Manajerial Google selalu berpikir, bahwa guru bisnis Peter Drucker sangat memahami bagaimana mengoptimalkan kinerja para pekerja ilmu. Drucker menciptakan istilah ini pada tahun 1959. Pekerja ilmu dalam definisi ini, berbeda dengan pegawai biasa. Dia berpendapat, bahwa pekerja ilmu percaya bahwa mereka dibayar untuk efektif, dan bukan untuk bekerja dari jam 9 sampai jam 5. Lebih jauh lagi, menurut Drucker, bisnis yang cerdas akan mengoptimalkan kinerja pekerja ilmu mereka secara maksimal. Mereka yang sukses, akan bisa bertahan paling tidak sampai 25 tahun yang akan mendatang.

Google mampu melihat keunggulan tersebut. Perdebatan yang berkelanjutan apakah perusahaan besar melakukan mismanajemen terhadap pekerja ilmu mereka adalah hal yang sangat diperhatikan oleh Google, sebab siapapun yang tidak menangani hal ini dengan baik, maka ia akan punah. Google telah mendapatkan ide baik yang diinspirasikan dari pihak luar, dan ditambah beberapa ide dari Google sendiri. Apa yang berhasil ditemukan, adalah sepuluh prinsip utama untuk memaksimalkan efektivitas pekerja ilmu. Hal demikian juga diterapkan oleh sebagian besar perusahaan teknologi lain, namun ada beberapa hal yang akan diberi garis bawah berbeda.

    * Rekrut melalui komite. Hampir setiap pekerja yang melewati fase interview di Google berbicara paling tidak dengan enam interviewer, yang berasal dari pihak manajemen, atau kolega potensial mereka sendiri. Pendapat dari semua pihak dipertimbangkan, membuat proses rekrutmen menjadi lebih adil dan meninggikan standar. Memang memerlukan waktu lebih panjang, namun Google tetap melakukannya. Jika kita memperkerjakan orang-orang hebat, dan melibatkan mereka secara intensif pada proses rekrutmen, maka kita akan dapat orang-orang hebat lebih banyak lagi. Google memulai membangun “positive feedback loop” ini ketika mulai membangun perusahaan, dan ternyata setimpal.

    * Penuhi semua kebutuhan pekerja. Seperti yang dikatakan Drucker, yang harus dilakukan adalah mengoptimalkan kinerja pekerja ilmu mereka secara maksimal. Google menyediakan berbagai fasilitas hidup sehari-hari, seperti tempat makan, gym, ruang cuci baju, ruang pijat, barbershop, cuci mobil, bus transpor, dan berbagai hal lain yang bisa diingikan oleh insinyur pekerja keras.

    * Bekerja dalam tim. Hampir semua proyek pada Google adalah proyek tim, dan tim harus dapat berkomunikasi. Cara terbaik untuk membuat komunikasi mudah adalah memberikan ruang bagi anggota tim untuk sedekat mungkin dengan yang lain. Hasilnya adalah, hampir semua orang pada Google saling membagi ruangan kantor. Dengan cara ini, ketika programer perlu berdiskusi dengan koleganya, ada akses langsung: tidak perlu menelpon, tidak ada delay email, dan tidak perlu menunggu respon. Tentu saja, ada banyak ruang konferensi yang dapat digunakan untuk diskusi secara detail, sehingga kolega mereka yang lain tidak terganggu. Bahkan CEO harus berbagi ruang kantor selama beberapa bulan di Google, setelah ia menjabat. Duduk dekat dengan pegawai yang cerdas adalah pengalaman edukasi yang sangat efektif.

    * Buatlah kordinasi mudah. Karena semua anggota tim berdekatan satu sama lain, adalah sangat mudah untuk mengkordinasikan proyek. Selain kemudahan jarak fisik, Google mengirim reminder email setiap minggu kepada tim, untuk menjelaskan apa yang telah dilakukan anggota time selama seminggu. Ini adalah cara mudah untuk melacak apa yang dilakukan orang lain, membuat lebih mudah untuk memonitor hasil dan mensinkronisasikan alur kerja.

    * Berikan fasilitas secara internal. Pekerja Google menggunakan tools perusahaan secara intensif. Tools yang paling jelas adalah Web, dengan halaman web internal untuk hampir seluruh proyek dan pekerjaan. Mereka diindeks dan tersedia untuk peserta proyek, sesuai dengan kebutuhan. Google juga melakukan ektensifikasi untuk managemen informasi, yang pada akhirnya digulirkan sebagai produk. Sebagai contoh, salah satu contoh dari kesuksesan Gmail adalah ia telah diuji secara beta pada perusahaan dalam jangka waktu cukup lama. Penggunaan email adalah sangat kritis dalam organisasi, maka itu Gmail harus disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan dari pekerja ilmu kami.

    * Doronglah Kreativitas. Insiyur Google dapat menggunakan 20 persen waktu mereka untuk proyek yang mereka pilih. Tentu saja, ada proses persetujuan dan beberapa masukan. Namun pada dasarnya Google ingin memberikan peluang bagi orang yang kreatif, untuk menjadi kreatif. Salah satu dari rahasia umum Google, adalah mailing list ide; suatu kotak saran bagi seluruh perusahaan dimana orang dapat memposting ide mulai dari prosedur parkir mobil sampai ke aplikasi ‘killer’ selanjutnya. Software ini memperbolehkan semua orang untuk berkomentar dan menilai ide-ide, dan menjadikan ide yang terbaik untuk diaplikasikan.

    * Berjuang untuk mencapai konsensus. Mitologi korporasi modern menjadikan decision maker unik sebagai pahlawan. Google mengikuti pandangan bahwa ‘lebih banyak adalah lebih cerdas daripada lebih sedikit’, dan berusaha menjajaki beberapa pemikiran, sebelum mencapai keputusan apapun. Pada Google, peranan dari manajer adalah agregator akan banyak pandangan, bukan diktator. Membangun konsensus kadang memerlukan waktu lebih panjang, namun menghasilkan tim yang lebih berkomitmen dan keputusan yang lebih baik.

    * Jangan berbuat jahat (Don’t do evil). Banyak yang telah ditulis mengenai slogan Google yang satu ini, namun Google benar-benar berusaha untuk mengikutinya, terutama pada tingkat manajemen. Sama seperti organisasi yang lain, orang-orang sangat berhasrat untuk mengemukakan pandangannya secara terbuka. Namun tidak ada seorangpun yang bertindak kasar di Google. Atmosfir penuh toleransi dan penghormatan, adalah hal yang berusaha diciptakan di Google, bukan perusahaan yang penuh dengan ‘yes man’.

    * Data mengendalikan keputusan. Pada Google, hampir semua keputusan adalah berdasarkan analisis kuantitatif. Google membangun sistim untuk mengatur informasi, tidak hanya pada internet, namun juga secara internal. Google memiliki berlusin-lusin analis yang dapat memformat data, melakukan analisis metrik performans, dan memplot trend untuk menjaganya semakin up to date. Google memiliki ‘dashboard online’ terhadap setiap bisnis yang dikerjakan, yang dapat memberikan snapshot secara up to date terhadap posisi Google.

    * Berkomunikasi secara efektif. Setiap jumat, Google mengadakan pertemuan untuk memberikan pengumuman, perkenalan, dan sesi tanya jawab (Tentu juga dengan buffet dan coffe break). Hal ini menjadikan manajemen untuk tetap mengetahui apa yang dipikirkan oleh para pekerja ilmu, demikian juga sebaliknya. Google memiliki diseminasi informasi yang sangat luas, dan hanya sedikit kebocoran serius. Kontras dengan apa yang dipikirkan banyak orang, kami percaya bahwa: Pekerja yang dipercaya, adalah pekerja yang loyal.

Kesepuluh poin ini juga diikuti oleh banyak perusahaan Silicon Valley yang lain. Namun ada beberapa masalah yang dihadapi oleh Google, dan juga perusahaan lain.

Satu, adalah ‘arogansi techno’. Insinyur adalah kompetitif secara alamiah dan mereka memiliki toleransi rendah terhadap mereka yang tidak memiliki motivasi atau tidak secerdas mereka. Namun hampir semua proyek engineering adalah proyek tim; memiliki anggota yang cerdas, namun tidak fleksibel dalam tim dapat berbahaya. Jika Google mendapatkan rekomendasi, bahwa orang itu sangat cerdas, namun tidak dapat bekerja sama dalam tim, maka Google tidak akan memberikan posisi apapun kepada mereka. Salah satu alasan untuk interview peer yang ekstensif adalah untuk memastikan bahwa tim sangat antusias dengan anggota tim yang baru. Banyak dari anggota terbaik Google adalah ‘role model’ dalam konteks membangun kerja sama tim.

Masalah lain adalah sindrom ‘jangan dibuat disini’. Seorang insinyur yang baik selalu yakin, bahwa dia selalu dapat membangun sistim yang lebih baik daripada yang telah ada, dan berpendapat ‘jangan sekedar membeli, namun bangulah dari awal’. Mungkin pendapat itu benar, namun Google harus berfokus pada proyek yang menguntungkan. Dalam beberapa kasus ini mengharuskan Google untuk mempertimbangkan tawaran produk dan servis dari perusahaan lain.

Isu lain yang akan dihadapi Google adalah maturasi dari perusahaan, industri, dan angkatan kerja. Google berada dalam pertumbuhan yang sangat cepat sekarang ini, namun hal ini tidak akan berlangsung selamanya. Beberapa dari pekerja Google adalah fresh graduate, beberapa memiliki keluarga dan pengalaman kerja yang ekstensif. Kebutuhan dan kepentingan mereka berbeda. Google harus memberikan keunggulan dan lingkungan kerja yang menarik bagi semua generasi.

Isu final adalah memastikan bahwa selama Google bertumbuh, prosedur komunikasi dapat mengikuti perkembangan organisasi. Pertemuan jumat adalah cukup untuk tim Mountain View (Markas besar Google di California, USA), namun sekarang Google adalah organisasi global.

Google telah berfokus pada pengaturan kreatifitas dan inovasi, namun bukan hanya itu yang penting bagi Google. Operasi harian juga harus diatur, dan itu bukan hal yang mudah. Google membangun infrastruktur teknologi yang lebih besar, lebih kompleks, dan lebih menuntut sumber daya dibandingkan apapun yang ada sebelumnya. Siapapun yang memiliki rencana, mengimplementasikan, dan menjaga sistim tersebut, yang harus bertumbuh untuk memenuhi banyak tawaran, harus mendapatkan banyak insentif juga. Pada Google, operasi adalah hal yang sangat kritis pada sukses perusahaan, dan Google memastikan bahwa usaha dan kretivitas bertumpu pada hal ini, selain pada pengembangan produk.